Patroliindonesia.com.JAKARTA – Dalam menjalankan fungsi dan perannya, pers tidak lepas dari kontrol. Namun, di era pers bebas ini bukan berarti sama sekali tidak ada kontrol. Pengontrol pers bisa datang dari dua sisi yakni internal dan eksternal pers. Sisi internal datang dari diri Wartawan, Redaktur, Pemimpin Redaksi, dan Ombudsman Pers. Sedang dari eksternal diharapkan ada peran aktif masyarakat, Seperti yang digelar di Jakarta, Jumat (16/4/2021).
Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenko Polhukam) melaksanakan Dialog Kebebasan Pers dan Profesi Wartawan yang dipimpin Menkopolhukam Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD, S.H., S.U., M.I.P didampingi Staf Ahli Menko Polhukam Bidang Ideologi dan Konstitusi Irjen Pol Dr. Agung Makbul, Drs., S.H., M.H.
Dialog tersebut juga dihadiri Ketua Dewan Pers Muhammad Nuh didampingi Wakil Ketua Hendri Chairudin Bangun, Kapuspen TNI Mayjen TNI Achmad Riad, Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi dan Media Massa Kementerian Prof. Dr. Widodo Muktiyo, dan para Pemimpin Redaksi baik cetak maupun online.
IMG 20210416 WA0096Media massa mempunyai peran penting dalam menyebarkan berbagai informasi di tengah masyarakat. Berita yang dipublikasikan media massa, baik yang positif maupun negatif akan begitu cepat diketahui oleh masyarakat luas, sehingga akan mempengaruhi cara pikir masyarakat.
Manakala informasi yang dipublikasikan itu jujur dan objektif tentu sangat positif hasilnya bagi masyarakat. Sebaliknya manakala informasi yang dipublikasikan itu bohong, fitnah dan mengundang permusuhan, akan menimbulkan dampak negatif dan bahkan bisa menimbulkan konflik di tengah masyarakat.
Dalam pengelolaan pers di tanah air, sesungguhnya ada aturan main yang menjadi acuan bagi setiap wartawan, yaitu kode etik jurnalistik. Pedoman yang dimuat dalam kode etik jurnalistik secara umum memberi arahan kepada wartawan agar senantiasa memperhatikan nilai-nilai etika dalam menjalankan profesi kewartawanan.
Dalam menulis berita misalnya, wartawan dituntut harus menulis berita yang jujur, objektif dan didukung oleh fakta yang kuat. Dengan demikiran diharapkan jangan sampai wartawan menulis berita bohong atau fitnah yang bisa berakibat fatal bagi pihak yang diberitakan.
Berita yang disajikan media massa dengan sendirinya akan menimbulkan opini yang bervariasi di tengah masyarakat. Karena setiap berita yang muncul di media bisa dipersepsi secara berbeda oleh masyarakat. Untuk itu, agar opini masyarakat tidak salah persepsi pada sebuah pemberitaan, maka kata kuncinya perlu kejujuran bagi setiap wartawan dalam menyajikan berita. (*)
Editor/DR