Jembatan Lengkung “Cable Stayed” Pertama di Indonesia Segera Hadir di Banjarmasin

Patroliindonesia | Banjarmasin – Tidak lama lagi Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) bakal memiliki ikon baru. Ikon baru itu berupa jembatan yang membentang di atas Sungai Alalak. Namanya Jembatan Sei Alalak.

Ya, Jembatan Sei Alalak di Banjarmasin ini merupakan proyek Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang dirancang dengan menggunakan cable-stayed.

Cable stayed merupakan jembatan yang menggunakan kabel-kabel berkekuatan tinggi sebagai penggantung yang menghubungkan gelagar dengan menara. Pada umumnya jembatan cable stayed menggunakan gelagar baja, rangka, beton atau beton pratekan sebagai gelagar utama.

Jembatan Sei Alalak juga akan menjadi jembatan dengan struktur melengkung pertama kali di Indonesia. Konstruksi jembatan ini memiliki panjang dengan total 850 meter dengn lebar 20 meter yang berisi 4 lajur dua arah.

Dok: Patroliindonesia

Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) XI Banjarmasin Budi Harimawan Semihardjo saat ditemui Patroli Indonesia baru-baru ini mengatakan bahwa pembangunan Jembatan Sei Alalak dapat dipercepat karena seluruh aspek konstruksi dapat dikerjakan dengan lancar, terutama pembebasan lahan di sisi Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Barito Kuala.

“Pembebasan lahan berjalan lancar karena sepenuhnya didukung oleh Pemerintah Kota Banjarmasin dan Kabupaten Barito Kuala. Bahkan masyarakat sekitar juga sangat mendukung pembangunan jembatan ini,” ungkapnya.

Budi juga menambahkan, proyek pekerjaan Jembatan Sei Alalak mengunakan dana dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) senilai Rp 278 miliar dengan kontraktor PT Wijaya Karya (Persero) Tbk-PT Pandji (Kerja Sama Operasi/KSO) dengan skema pekerjaan tahun jamak (multiyears).

Nantinya, Jembatan Sei Alalak akan menggantikan Jembatan Kayu Tangi 1 yang telah berusia sekitar 30 tahun dan menjadi jalur utama yang menghubungkan Banjarmasin dengan berbagai wilayah di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

“Jembatan Sei Alalak ini didesain sedemikian rupa agar dapat dilintasi kendaraan besar dengan tonase maksimal 10 ton atau lebih kuat dari struktur jembatan sebelumnya. Kekuatan konstruksi jembatan sudah diperhitungkan dapat menahan gempa dan masa layan hingga 100 tahun,” jelas Budi saat ditemui di ruang kerjanya.

Dengan pembangunan jembatan ini diharapkan dapat mendukung kegiatan ekonomi kawasan dan kesejahteraan masyarakat setempat. Apalagi menurut Budi, dengan semakin terhubungnya jalur Lintas Kalimantan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan.

“Karena di sekitarnya terdapat perkebunan seperti sawit, karet, dan pertambangan. Jadi akan mempercepat transportasi logistik,” ucapnya.

Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen  (PPK) Jembatan Sei Alalak Andika Mulrosha mengatakan, pembangunan jembatan sepanjang 850 meter itu diprediksi bakal rampung pada akhir tahun 2020 ini atau lebih cepat dari rencana awal yakni pada Maret 2021.

“Sesuai target pembangunan jembatan akan selesai pada Maret 2021. Namun, tidak menutup kemungkinan, bisa diselesaikan sebelum target pembangunan tersebut berakhir. Pastinya kami akan berusaha untuk menyelesaikan pembangunan  lebih cepat dari target yang ditetapkan,” kata Andika di sela-sela peninjauan langsung ke lokasi proyek jembatan.

Terkait desain unik yang dimiliki Jembatan Sei Alalak, Andika mengatakan, “Pembangunan jembatan dengan sistem cable stayed memiliki tingkat kesulitan yang cukup kompleks, apalagi dengan struktur tanah di sekitar jembatan yang lembek. Tapi persoalan itu sudah diantisipasi dengan menggunakan tiang pancang yang cukup panjang,” jelas Andika.

Lanjut Andika, “Tiang pancang memiliki panjang 70 meter dan diameter 1,8 meter. Panjang tersebut sebagai upaya untuk mengantisipasi struktur tanah di sekitar jembatan yang masih cukup lunak,” tutupnya.(*)

Pos terkait