Patroli Indonesia, Bandung – Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) melalui Pusat Pengembangan Kompetensi Jalan, Perumahan, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, melaksanakan Lokakarya Hasil Pengendalian Mutu Penyelenggaraan Pusbangkom JPW Semester I & Koordinasi Pelatihan Semester II TA. 2021 di Bandung, Rabu (14/7).
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM), Sugiyartanto melalui konferensi video mengatakan, â€Pelatihan yang kita laksanakan prinsipnya adalah penugasan dari unit kerja untuk meningkatkan kinerja pegawai, pembelajaran dengan sistem full e-learning bagi pegawai ASN Kementerian PUPR, yang membutuhkan komponen pendukung yang terintegrasi mulai dari sistem perencanaan hingga legalisasi sertifikat kompetensi (e-sertifikat),†jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi Jalan, Perumahan dan Pengembangan Infrastuktur Wilayah, Rezeki Peranginangin mengatakan, dari hasil evaluasi capaian Pelatihan Semester I TA 2021, realisasi peserta mencapai 53 persen dengan total peserta 1005 peserta dari yang ditargetkan 1899 peserta. Predikat kelulusan peserta mencapai 86 persen dengan kategori baik sekali 19 persen, memuaskan 74 persen dan baik 7 persen, untuk pola pelatihan secara distance learning mencapai 89persen, blended learning 4 persen dan webinar 7 persen. Sedangkan Penilaian peserta terhadap manajemen penyelenggara sangat tinggi 86 persen.
Rejeki melanjutkan, ada beberapa analisis permasalahan didalam evaluasi ini. Secara umum jumlah peserta yang mengikuti pelatihan Bidang Perumahan dan PIW belum memenuhi target peserta dikarenakan rata-rata peserta yang hadir berdasarkan usulan dari Unit Organisasi hanya 77 persen , alasan ketidakhadiran peserta 35 persen pekerjaan mendesak dan tidak mendapat izin atlas; 26 persen tidak dapat dihubungi; 23 persen tidak konfirmasi kehadiran; 6 persen sudah pernah mengikuti pelatihan dan 3 persen belum mengikuti pelatihan dasar.
“Akibat peserta yang sudah ditetapkan tidak hadir akan menutup kesempatan peserta lain untuk dikembangkan kompetensinya. terutama ASN Daerah yang banyak berminat untuk mengikuti pelatihan karena jumlah pelatihan dan peserta terbatas dalam satu tahun,†jelas Rezeki.
Kemudian analisis masalah nilai pre-postest, pre-posttest masih bersifat penilaian secara umum dan belum memberikan gambaran secara utuh terhadap peningkatan kompetensi peserta sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan (untuk setiap mata pelatihan). Berdasarkan hasil wawancara, beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya nilai posttest yaitu: tidak ada keterangan jawaban benar/salah untuk setiap soal; Kesiapan peserta dalam mengerjakan serta permasalahan teknis : sistem error dan jaringan.
Selain itu, tidak adanya pembahasan soal pretest juga menjadi masalah, karena saat pelaksanaan pelatihan kegiatan yang dilakukan berupa penyampaian materi dan diskusi terkait kasus peserta dilapangan, yang dimana hal tersebut tidak menyinggung topik pre-posttest, soal posttest mengacu pada modul, peserta tidak mempelajari modul secara utuh dan tidak disinggung maupun dibahas saat proses belajar.
Terkait pengajar, beberapa rekomendasi yang disampaikan seperti pengajar tidak hanya menggunakan metode ceramah, penggunaan media zoom perlu ditingkatkan, perlu pengembangan bahan ajar dan belum mengoptimalkan WI center. Masalah lainnya adalah pengajar belum terbiasa dengan metode pelatihan jarak jauh, pengajar pelatihan struktural, jafung, praktisi tidak membuat Rencana Pembelajaran serta tidak memiliki sertifikat TOT, SPT dan sertifikat. (*)