Patroli-Indonesia.com, Borong- Liang Poti adalah nama sebuah tempat yang terletak di Kampung Kawak, desa Golo Meleng, kecamatan rana mese kabupaten manggarai timur, NTT. Diberi nama Liang poti oleh masyarakat setempat karena letaknya yang jauh dari pemukiman warga serta memiliki hal mistis berdasarkan sejarah nenek Moyang.
Awal penemuan Liang Poti tepat pada masa penjajahan, sebagaimana diceritakan oleh pewaris Liang Poti saat Ini, bernama Adrianus Baru.
Kala itu, ditengah kejamnya para penjajah kepada masyarakat di Kampung tersebut, semua orang tua berlari ke gunung hendak mencari tempat persembunyian. Mendaki sekitar 2 km dari Kampung kawak. Sesampainya mereka diatas puncak, mereka melihat sebuah ‘Liang’ (Gua). Nampak gelap. Dalam sekitar belasan meter, tinggi sekitar 3 meter dan lebar sekitar 5 meter. Dengan penuh rasa takut, mereka masuk dalam Gua tersebut untuk bersembunyi.
Setelah mereka nyaman dalam gua itu semalaman, keesokan harinya seorang dari mereka lalu kembali ke kampung kawak untuk mengambil bahan makanan. Karena dianggap nyaman, mereka jadikan Liang Poti itu sebagai tempat tinggal. Dalam perjalanannya, banyak sekali kejadian mistis. Kadang makanan sisa mereka makan akan habis tanpa mereka tahu siapa yang menghabiskannya.
Semua hal mistis itu diketahui oleh masyarakat diceritakan oleh ‘Darat’ (Bangsa Jin) lewat mimpi seseorang dari mereka. Dalam mimpinya ada gadis cantik sedang berjemur di depan pintu Gua. Datanglah si bapak Tua mendekatinya dan mengajak untuk berdialog. Gadis itu hanya diam dan menatap bapak tua itu. Kemudian bapak tua kembali menyapanya. Namun Gadis itu enggan untuk berbicara. Pada akhirnya bapak Tua itu sengaja menanyakan kepada Gadis itu, siapa pemilik tempat itu. Gadis tersebut hanya memberi kode. Menunjuk salah satu lubang kecil dibagian atap Gua. Karena penasaran, bapak tua itu perlahan kearah yang ditunjuk gadis itu. Disitu Ia melihat ada kelelawar kecil. Kemudian bapak tua itu, mencoba menangkap kelelawar itu dan mau menunjukannya kepada si Gadis tersebut. Ia pun kembali keluar gua, kali ini lebih aneh, gadis itu sdah tidak ada lagi. Diatas tempat gadis itu duduk, ada tulisan dengan percikan darah. “Kamu akan nyaman disini, tapi jangan merusak bunga dan isi rumah kami”. Membaca tulisan itu bapak tua itu langsung bangun. Keesokan harinya ia menceritakan mimpinya itu dengan keluarga.
Sejak kejadian itu, mereka menamai tempat itu dengan sebutan Liang Poti. ‘Liang (Gua), ‘Poti’ (Setan). Seiring perkembangan zaman, tempat itu tidak dianggap angker lagi walau masih serem dan sepih. Dengan kepadatan penduduk, masyarakat kampung kawak menjadikan Liang poti sebagai kebun. Tanah yang subur, mau ditanami apa saja pasti hidup. Sekarang, Liang poti dijadikan tempat untuk bersembunyi jika hendak menjaga monyet yang memakan tanaman warga pemilik kebun.
Liang Poti menyambut Tahun Pariwisata Holistik
Menyambut Tahun Pariwisata Holistik yang ditetapkan keuskupan Ruteng, Manggarai, umat stasi Nangis, Paroki Mbeling ingin menjadikan Liang Poti sebagai tempat pariwisata Holistik. Mereka memilih Liang Poti untuk menjadi tempat Siarah.
Pewaris tanah Liang Poti, Adrianus baru kepada media mengatakan, dirinya selaku pemilik tanah tersebut saat ini ingin menyerahkan tanah itu kepada Gereja. Menurutnya salah satu pilihan yang baik apabila tempat itu dijadikan Gua untuk berziarah.
“Kami berencana untuk menaruh Patung Bunda Maria di tempat ini”, ujarnya
Ia mengaku saat ini mereka kewalahan dana untuk pengadaan patung. Sehingga besar harapan mereka ada pihak yang membantu kekurangan itu.
Sementara itu ketua stasi nangis, mengatakan, setelah kami melakukan peninjauan tempat ini layak untuk di tempatkan patung bunda maria, dan juga kedepan tempat ini juga akan dijadikan sebagai tempat ziarah rohani bagi kami masyarakan stasi nangis dan sekitarnya.
Kami juga berencana kedepan akan membangun vasilitas penunjang ke tempat ini seperti penataan jalan, dan lain lain.
Dia pun memohon kepada semua pihak baik pemda atau siapa saja agar mendukung kegiatan kami dengan doa.