Patroli-Indonesia.com, Borong – Pengetahuan memadai didukung dengan akhlak yang baik dari peserta didik menggambarkan prestasi dari suatu lembaga pendidikan. Mewujudkan hal itu, tentu berbagai upaya yang dilakukan sekolah. Salah satunya menerapkan pendidikan karakter.
Hal ini sangat urgen untuk diterapkan. Tujuannya adalah menghasilkan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Seperti yang dilakukan SMAN 3 Borong, salah satu sekolah penggerak di Manggarai Timur, berbagai kegiatan dihelat demi tercapainya tujuan pendidikan dimana bukan hanya hebat secara akademik tetapi juga mampu mengaktualisasikan pengetahuan yang dimiliki.
Menariknya, melalui Melalui Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan membentuk watak dan mental siswa dengan kegiatan simulasi persidangan kelas. Kegiatan ini digelar sebagai penerapan nyata dari materi Sistem Hukum dan Peradilan di Indonesia.
Guru mata pelajaran PKN SMAN 3 Borong, Siprianus Borcel Wahidin, S.Pd., Gr, kepada Media mengatakan, dalam kegiatan tersebut dirinya hanya membuat konsep persidangan. Sementara peserta didik mengambil seluruh peran. Seperti Polisi, Hakim, tersangka, saksi, korban, pembela, penuntut dan penonton sidang. Sabtu, (12/03/2022).
“Mereka mengambil seluruh peran. Alhasil mekanisme persidangan sukses mereka jalankan. Ini perdana tetapi hasilnya luar biasa,” ungkap Sipri.
Dari kegiatan itu lanjut Sipri menjelaskan karakter yang dapat dicapai dari peserta didik terlihat dalam interaksi pergaulan sesama siswa. Dinamika yang terjadi ketika terjadi perselisihan, penghinaan, buyling atau tindakan anarkis selama kegiatan berlangsung.
Manfaat dari persidangan kelas yang dilakukan adalah dapat meningkatkan karakter yang ditanamkan kepada siswa antara lain:
1. Adil
Siswa yang menjadi pelaku ataupun korban akan sama-sama mendapatkan keadilan. Siswa pelaku akan mendapatkan hukuman sesuai porsi kesalahannya. Sedangkan siswa korban akan menerima kembali apa yang menjadi haknya dan sekaligus mendapatkan rasa keamanan.
2. Lapang dada
Ketika keputusan ditetapkan maka baik siswa pelaku dan korban akan sama sama berlapang dada dengan keputusan yang dibuat. Siswa pelaku berlapang dada menerima sanksi yang dilakukan. Sedangkan siswa korban berlapang dada dalam memaafkan kesalahan temannya.
3. Jujur
Dalam setiap sidang, para siswa menyampaikan keterangan dan menjawab pertanyaan dengan jujur. Kejujuran ini lebih terjamin karena siswa terlebih dahulu bersumpah dan setiap jawabannya akan dapat dikonfirmasi dengan para saksi yang lain.
4. Tanggung-jawab
Melalui sidang kelas, siswa dapat belajar bahwa setiap perbuatan ada konsekuensi yang harus diterima dan dipertanggungjawabkan. Siswa juga memahami bahwa besar kecil kesalahan akan berbanding dengan besar kecil hukuman.
5. Menghargai orang lain dan menumbuhkan sikap demokratis
Sidang kelas memberi setiap siswa berhak menyampaikan pendapat sementara siswa lain mendengarkan. Hal ini dapat menumbuhkan sikap menghargai orang lain yang sedang berbicara dan menumbuhkan budaya demokratis. Sehingga siswa sadar bahwa mereka berhak mengemukaan pendapat.
Sidang kelas sebagai mekanisme kontrol perilaku sosial siswa
Efek lebih jauh dari penerapan sidang kelas adalah siswa akan selalu befikir beberapa kali seandainya akan melakukan suatu kesalahan.
Siswa merasa khawatir apabila perbuatan kesalahan yang dilakukan akan dilaporkan dan disidangkan. Sehingga pada akhirnya siswa menjadi lebih tertib dan dapat meminimalisir perselisihan dan tindakan anarkhis yang merugikan orang lain.
Sidang kelas juga dapat menimbulkan efek malu kepada para siswa pelaku dan menimbulka efek jera sehingga tidak akan mengulangi lagi kesalahan tersebut. Mengapa? Karena Sidang kelas akan mengungkap bukti, mendengarkan keterangan saksi secara jujur. Semua fakta persidangan dapat diketahui oleh para siswa lain yang hadir di sidang kelas.
Ini juga menyadarkan kepada siswa untuk mampu menjalin interaksi sosial dengan sesama peserta didik dan juga dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Menutup pembicaraanya, Sipri juga menambahkan simulasi persidangan kelas tersebut merupakan salah satu penilaian ujian praktek. Apalagi kegiatan itu pesertanya dari kelas XII.
Sementara Kepala SMAN 3 Borong, Konstantinus Everson Rada, S.Psi mengatakan demi kemajuan lembaga SMAN 3 Borong, selaku pimpinan Ia memberi ruang kepada guru-guru untuk melakukan apa saja yang bersifat positif dan membangun lembaga.
“Selaku kepala sekolah saya sangat mendukung dengan kreatifitas para guru. Sebab itu semua untuk kebaikan dan kemajuan lembaga,” ungkapnya. (*)