Diduga Bangunan Sekolah Lokal Jauh Desa Pangkalan Nyirih Asal Jadi dan Gunakan Pasir Bibir Sungai Selat Morong

MPI, Bengkalis – Guna memberikan Kenyamanan dan Pendidikan yang berkualitas buat anak Bangsa Pemda Bengkalis bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dalam hal memfasilitasi dunia Pendidikan di setiap daerahnya.

Hal ini terlihat jelas dengan keseriusan Pemerintah tersebut dalam hal rehabilitasi, pembagunan Gedung sekolah baru dan juga pengadaan bahan bakunya.

Ini terlihat dengan jelas dengan adanya pembangunan gedung sekolah yang berada di daerah Rupat / Rupat Utara, sebagian besar pada tahun ini ada penambahan bangunan gedung sekolah baik SD, SMP, maupun SMA/SMK. Salah satunya adalah pembangunan gedung sekolah lokal jauh dengan tambahan 3 lokal baru yang terletak di jalan Sungai Cuna Desa Pangkalan Nyirih, Kecamatan Rupat, Provinsi Riau.

Adapun pembangunan gedung sekolah ini telah memasuki detik selesai dibangun alias finishing. Kamis kemarin, (22/12/2022).

Saat ditinjau ke lokasi proyek sekolah, tim wartawan sebagai kontrol sosial melihat pembangunan yang telah hampir kelar ini memakai jasa buruh lokal atau putra daerah Desa tersebut.

Bangunan yang dibangun dengan dana APBD Kabupaten Bengkalis ini memakan harga biaya yang tidak juga sedikit sekitar
Rp,742.330.648.juta.

Dengan Kontraktor Utama CV, Sarana Adil Sejahtera dan Pengawas Consultan CV, Abadi Consultan.

Menurut warga sekitar ada yang aneh dengan perihal pembangunan gedung sekolah tersebut. Hampir seratus persen penggunaan bahan bangunannya yaitu pasirnya menggunakan pasir laut.

Yang bikin jengkel warga lagi pasirnya menggunakan pasir selat morong yang terdapat di muara daerah tersebut dan pasir tersebut seharusnya butuh proses yang lama baru bisa digunakan.

Dikarenakan banyaknya sesai (sampah sejenis akar akar kayu endapan yang di bawa arus dari dalam sungai ke muara bercampur lumpur) dan kadar garamnya yang cukup tinggi.

Jadi menurut mereka butuh proses pencucian dan juga memakan waktu yang lama baru sempurna untuk di gunakan.

Mendapat laporan tersebut pihak media mencoba turun kelapangan dan mengecek langsung akan hal tersebut. Para pekerja yang juga kenal dengan para jurnalis langsung menyambut dengan rasa persahabatan.

Bicara soal material pihak pekerja langsung mengatakan bahwa bahan baku pasir yang digunakan 100 persen pasir Sekat Morong, mulai dari batu nol sampai sekarang udah hampir selesai pasir itulah yang di gunakan.

Pihak media juga melihat memang benar adanya digunakan tapis untuk membuang sampah sesai untuk pembersihan pekerjaan tersebut tapi hasilnya tidak maksimal, sehingga kotoran dari laut itu belum lagi bersih sempurna ditambah lagi tanpa pencucian tetap digunakan.

“Menurut para pekerja kami hanya tau kerja, Ikat batu, plaster, pasang keramik, pasang atap ya udah. Masalah mutu kami tak tau, hal itu Kontraktor dan Konsultan yang tau.” Kata Seorang pekerja bangunan.

Salah seorang tokoh Masyarakat yang mengerti bangunan juga berkomentar amat menyayangkan akan hal itu.

Sebagai Masyarakat yang peduli akan hal tersebut beliau berkomentar seharusnya pihak Pemerintah harus melihat langsung apa dan dari mana bahan bangunan yang dipakai. Itu baru pasir, belum besi, belum semen, belum lagi material bangunan yang lainnya.

Para konsultan pengawas sering main mata dengan pemborong. “Sebagai konsultan pengawas masak tidak mengetahui seperti apa dampaknya bahan pasir tersebut.” Ujarnya salah seorang warga.

Kebanyakan inilah yang terjadi di tempat kita ini, lanjutnya. “Bangunan baru berusia 5/6 tahunan udah pada rusak.yang paling utama lantai coran dinding yang terkelupas lupas coran atap yang seolah olah mau runtuh. Inilah dampaknya dari pengunaan pasir tersebut, sedangkan anggaran dana pembangunan dan pengrehapan tidak sedikit. Apa ada Fee dari perusahaan tersebut untuk dibagi-bagi dengan orang orang di atas sana.” Imbuhnya.

“Atau memang asal asalan aja di bangun tampa memandang kwalitas yang penting siap.Kita tidak tahu akan hal itu.” Pungkasnya.

Pers: Raden Sukma
Sumber: Tim

Pos terkait